Foto : shinto4life.wikispaces.com |
Shinto adalah salah satu agama utama di Jepang. Namun, lebih dari itu, Shinto adalah landasan dari budaya Jepang. Budaya ini dibentuk dari praktik dan sifat menyembah dari zaman Jepang kuno.
Econers, berikut adalah 10 fakta tentang Shinto yang bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi Anda. Klik gambar-gambar berikut dan jangan lupa, berikan komentar Anda.
1. Keluarga Kerajaan
Penganut Shinto mengklaim bahwa Keluarga Kerajaan adalah keturunan Dewi Matahari alias Amaterasu. Selama Era Meiji, Shinto menjadi agama nasional sebagai bagian dari upaya pemerintah membersihkan negara Jepang dari pengaruh asing.
Kaisar disebut keturunan Tuhan untuk membangun dirinya sebagai penguasa negara, juga kepala agama. Selama Perang Dunia II, Shinto sempat dicampurkan dengan propaganda nasionalis untuk mendapatkan dukungan publik.
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Jenderal MacArthur mengeluarkan Bunce Directive yang melepaskan status Ilahi seorang Kaisar dan urusan agama diserahkan kembali kepada orang-orang menurut kepercayaannya masing-masing.
2. Perayaan Tahun Baru
Hari penting bagi penganut Shinto adalah perayaan Tahun Baru. Pada malam Tahun Baru, lonceng di Kuil Budha akan berdentang 108 kali. Satu dentangan akan menghapus satu dosa, hingga dentangan terakhir di tengah malam.
Selama tiga hari pertama setiap Tahun Baru, orang-orang penganut Shinto akan berkumpul bersama untuk merayakan Tahun Baru dengan makan dan minum. Seluruh rumah dibersihkan dan dihias.
Salah satu hal paling penting yang mereka lakukan selama tiga hari itu adalah mengunjungi tempat-tempat suci. Hampir 98 juta orang di seluruh Jepang akan mengunjungi satu kuil selama perayaan itu. Setidaknya ada tiga juta orang mengunjungi Kuil Meiji untuk berdoa demi peruntungannya.
3. Shinto dan Budha
Pada abad keenam, Budha diperkenalkan ke Jepang dari Korea dan Cina. Saat itu, ada ketidaksepakatan dalam istana, apakah Kaisar harus mengadopsi konsep Budha atau tidak. Namun, perlahan tapi pasti Budha mulai memengaruhi Jepang.
Meskipun Jepang tidak pernah sepenuhnya mengonversi Shinto ke Budha, namun banyak ajaran kedua agama ini yang dicampur. Misalnya, banyak kuil-kuil Budha bermunculan di samping kuil Shinto.
4. Omikuji, Omamori, dan Ema
Setiap kuil Shinto memiliki setidaknya satu kios yang biasanya dijalankan oleh Miko, gadis-gadis kerabat imam Shinto. Di kuil ini, penganut Shinto bisa membeli tiga benda, yaitu omikuji, omamori, dan ema.
Omikuji adalah perlambang kekayaan yang biasanya diikatkan di pohon. Omamori adalah jimat untuk menarik rahmat kebaikan dari Tuhan. Ema adalah papan kayu yang bertuliskan kalimat doa.
5. Imam dan Miko
Meskipun tidak ada ibadah mingguan, umat Shinto tetap memiliki imam. Mereka menyapa pengunjung kuil, melakukan upacara, juga terlibat dalam berbagai festival budaya lokal dan hari libur nasional, sekaligus menjadi penjaga kuil.
Kebanyakan imam hanya bekerja paruh waktu di kuil. Mereka sering dibantu oleh gadis-gadis muda yang disebut Miko, biasanya gadis-gadis SMA yang bekerja paruh waktu sebagai kerabat imam.
Secara tradisional, Miko menjabat peran yang jauh lebih besar, misalnya melakukan tarian yang disebut Kagura. Tarian ini dipercaya sebagai tarian penghibur Dewa (Kami), atau cara untuk berkomunikasi dengan roh-roh. Beberapa kuil besar Shinto, seperti Kuil Ise Jingu masih memiliki Miko yang melakukan tarian-tarian tradisional tersebut.
6. Kemurnian
Salah satu prinsip inti Shinto adalah kemurnian dan kebersihan hati, pikiran, dan jiwa. Ini mungkin ide yang mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya masyarakat Jepang yang melepas sepatu atau sandal sebelum masuk rumah misalnya, merupakan serapan dari ajaran Shinto. Mereka percaya bahwa polusi tubuh dan kontak dengan kotoran menyebabkan orang sakit dan kematian. Untuk alasan ini, ritual permurnian dikembangkan untuk membersihkan tubuh dan roh. Ritual ini mereka sebut 'Tsumi.'
Ritual Shinto lainnya adalah 'Temizu' yaitu mencuci tangan dan wajah untuk mendapatkan kemurnian, sebelum memasuki kuil Shinto. Ritual berikutnya adalah 'Shubatsu,' yaitu menaburkan garam, misalnya yang dilakukan para pegulat sumo sebelum memulai pertandingan. Itu tujuannya untuk memurnikan lingkaran cincin yang menjadi ring mereka bergulat.
7. Kuil Ise Jingu
Kuil Ise Jingu merupakan kuil paling suci agama Shinto di seluruh Jepang yang didedikasikan untuk Dewi Matahari. Kompleks Ise Jingu berisikan 120 kuil dan bangunan. Kuil yang paling penting adalah Kuil Dalam, Naiku, Kuil Luar, dan Geku.
Meskipun situs ini sudah berdiri pada abad kelima, namun Kuil Ise Jingu ini berusia 20 tahun. Setiap dua dekade, kuil baru akan dibangun yang berdekatan dengan kuil tua. Namun, tetap ada kotak pelindung untuk menjaga kesucian kuil lama, sampai kuil baru terbangun.
8. Inari
Amaterasu dapat menerangi dunia, namun Inari yang memakmurkannya. Inari adalah dewa yang memberikan beras, anggur, kemakmuran, rubah, pedang, dan harta kekayaan lainnya. Setidaknya pedagang-pedagang di Jepang memiliki lebih dari 32 ribu dari 75 ribu kuil Shinto di Jepang.
Inari itu memiliki banyak bentuk. Dia bisa berupa pria tua atau seorang wanita muda. Namun, dia selalu datang memberikan bantuan beras dan uang untuk penduduk miskin. Baru-baru ini, penganut Shinto percaya bahwa Inari memiliki bentuk rubah, sehingga beberapa jemaat Shinto menganggap ada hubungan mistis dengan hewan yang satu itu.
Kuil Inari misalnya, ada sepasang patung rubah di pintu masuknya. Kuil utama untuk Dewa Inari adalah Fushimi Inari di Kyoto. Kuil ini terkenal karena gerbang masuk 'torii' yang indah.
9. Amaterasu, Dewi Matahari
Untuk semua Kami (Tuhan) di Shinto, Dewi Matahari Amaterasu sangat penting. Menurut legenda, Amaterasu lahir dari mata kiri ayahnya, Izanagi saat mata itu dicuci untuk membersihkan dirinya sebab ia baru saja mengunjungi neraka.
Amaterasu kemudian mengirimkan cucunya, Ninigi ke Bumi. Ninigi dipercaya kemudian membentuk Keluarga Kerajaan. Dia juga memberikan pedang, permata, dan cermin untuk cucunya. Itulah item yang membentuk regalia kekaisaran Jepang.
10. Dewa (Kami)
Shinto adalah agama utama dan landasan utama dalam budaya Jepang. Shinto tidak memiliki jadwal ibadah mingguan, tidak ada kitab suci, dan jumlah dewa (Kami) yang tidak terhitung banyaknya. Ini adalah agama yang berdiri terpisah dari agama-agama lain sebab sifatnya yang inklusif, dimana bisa mengundang orang beragama apapun untuk bisa bepartisipasi dalam ritual mereka.
Sumber: Listverse
fakta-fakta yang sangat menarik sekali..
ReplyDelete